Senin, 18 Juni 2012

Semester I, Konsumsi Semen Capai 26 Juta Ton


JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memperkirakan, konsumsi semen nasional sepanjang semester I-2012 mencapai 26 juta ton, naik 13% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan tersebut didorong pertumbuhan di sektor perumahan.

"Hingga Mei 2012, konsumsi mencapai 21,52 juta ton. Sepanjang semester I ini, setidaknya bisa menembus 26 juta ton. Artinya, Juni ini saja bisa 5 juta ton," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso usai pembukaan Cemtech Asia 2012 Conference di Jakarta, Senin (18/6).

Berdasarkan data ASI, konsumsi semen nasional sepanjang Januari-Mei 2012 naik 13,8% menjadi 21,52 juta ton dibandingkan periode sama 2011 yang tercatat 18,91 juta ton. ASI optimistis, konsumsi semen nasional sepanjang tahun ini mampu menembus 54 juta ton, naik 12% dibandingkan tahun lalu 48 juta ton.

Menurut Widodo, pendorong pertumbuhan datang dari sektor perumahan. "Kredit perumahan, fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR), masih tergolong menarik untuk memacu pembangunan properti residensial," ujar dia.

Widodo menjelaskan, konsumsi semen untuk semester I biasanya mewakili 48-49% dari total konsumsi sepanjang tahun. Sementara 51-52% sisanya, berasal dari konsumsi semester II.

Dia menilai, konsumsi semen nasional pada semester II-2012 masih bisa tumbuh minimal 14-15%. "Meski, harus diantisipasi juga adanya momen puasa dan libur pada semester II, saya lihat sepertinya masih bagus. Sampai akhir tahun, minimal 54 juta ton bisa dicapai," kata Widodo.

Secara wilayah, dia menambahkan, Kawasan Indonesia Timur (KTI) menunjukkan lonjakan permintaan yang signifikan. Namun, berdasarkan konsumsi, kawasan ini masih lebih rendah dibandingkan Jawa dan Sumatera.

Menurut Widodo, hingga 55% konsumsi semen masih terpusat di Jawa. Selanjutnya, sekitar 23% konsumsi semen nasional dari Sumatera, dan 22% sisanya terbagi atas pulau-pulau di KTI.

Widodo menilai, walaupun pertumbuhan di Pulau Jawa hanya 7%, dampaknya akan cukup besar mengingat jumlah konsumsi dari pulau tersebut masih terbesar. Sedangkan di luar pulau Jawa, terutama KTI, pertumbuhannya bisa mencapai 30% meskipun basis konsumsinya masih rendah. "Jadi, bisa dibilang pertumbuhan merata di seluruh Indonesia, meski besaran kenaikannya berbeda," ungkap dia.

Mengenai harga, dia memastikan, tidak ada kenaikan. Pasalnya, stok produksi yang tersedia di pasar masih aman, sehingga tidak ada peluang bagi spekulan untuk menaikkan harga. "Harga tetap, tidak ada kenaikan. Kan stoknya aman. Jadi, tidak ada spekulasi. Harga bisa naik kalo stok barangnya tidak ada," ujar Widodo.

Kapasitas produksi

Tahun ini, ASI memproyeksikan, kapasitas terpasang industri semen nasional mencapai 60 juta ton dengan utilisasi berkisar 80-85%. Pada Januari-Mei 2012, Indonesia memangkas ekspor semen hingga 66,9% menjadi hanya 43.508 ton dibandingkan periode sama tahun 2011 yang tercatat 131.406 ton.

Menurut Widodo, pemangkasan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan semen di dalam negeri. "Tahun 2015, kapasitas kita bisa mencapai 80 juta ton. Tentu, itu berasal dari investasi-investasi baru," kata dia.

Widodo menambahkan, sebagian pasokan semen di dalam negeri masih dipenuhi dari impor. Dia mencontohkan, Semen Andalas Indonesia (Lafarge) masih melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan semen di Aceh dan sekitarnya, karena pabrik perseroan belum beroperasi maksimal.

Sementara itu, Dirjen Basis Industri Manaufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, konsumsi semen per kapita di Indonesia masih tergolong rendah, bahkan jika dibandingkan negara-negara di kawasan Asean.

"Konsumsi semen per kapita di dalam negeri masih sekitar 200 kilogram per kapita. Sedangkan, di negara-negara Asean, beberapa diantaranya bahkan melebihi 300 kilogram per kapita. Karena itu, peluang pertumbuhan konsumsi semen di dalam negeri masih tinggi," kata Panggah.

Dia menambahkan, proyek pembangunan dalam mekanisme MP3EI akan memacu permintaan semen di dalam negeri. Untuk itu, beberapa industri sudah berinvestasi membangun pabrik penggilingan semen dan pabrik pengepakan (packing plant).

Panggah menjanjikan, investasi pembangunan industri semen di daerah tertentu, terutama di kawasan Timur Indonesia, akan diberikan fasilitas insenuf investasi. Salah satu insentif yang disiapkan adalah fasilitas keringanan pajak penghasilan badan (tax allowance).

Teknologi Hijau

Di sisi lain, Panggah mengingatkan industri semen agar tetap mengacu pada upaya implementasi industri hijau dengan teknologi-teknologi hemat energi. Hal itu sesuai dengan peta panduan (road map) yang dirancang Kemenperin.

"Salah satunya adalah dengan mengurangi rasio penggunaan klinker, dari 90% menjadi 80%. Dengan demikian, akan menghemat energi untuk pembakaran. Kami juga mendorong penggunaan energi biomassa," kata Panggah.

Widodo menambahkan, pengurangan rasio klinker menjadi 80% dari 90% secara linier bisa menekan konsumsi energi, yakni sekitar 10% per ton semen. "Pengurangan klinker tidak mengubah struktur kekuatan semen. Dan, sudah ada standarnya, ada SNI-nya," kata Widodo. ( Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/3615/Semester-I,-Konsumsi-Semen-Capai-26-Juta-Ton )

Tidak ada komentar: