Rabu, 06 Juni 2012

Mebel Sekolah Nyaman


Ada yang berbeda di Sekolah Dasar Negeri Talian Kereng, Desa Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, di pengujung Mei 2012. Meja dan kursi berbahan baku rotan untuk fasilitas belajar sudah mengisi tiga dari enam kelas yang ada. Sementara kelas lainnya masih menunggu selesainya proses produksi perajin mebel rotan.

Fasilitas belajar itu merupakan sumbangan tiga perusahaan dari 10 perusahaan di bidang pertambangan, perkebunan, dan tekstil. Menteri Perindustrian MS Hidayat saat dalam penerbangan Jakarta-Palangkaraya menegaskan, para pemilik perusahaan itu menyatakan komitmennya merealisasikan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Kebetulan juga para pengusaha tadi sahabat Hidayat.

Yang menarik, CSR itu diwujudkan dalam bentuk program mebel sekolah yang dikenal dengan "CSR", yakni "Comfort School with Rattan" alias Sekolah Nyaman Bersama Rotan. Intinya, semua mebel di sekolah-sekolah akan terbuat dari bahan baku rotan yang membuat anak sekolah menjadi nyaman dalam proses belajar dan mengajar.

Pada Siang itu, siswa-siswi sekolah dasar negeri tersebut tidak lagi duduk berdua dengan satu meja, tetapi mulai diajarkan mandiri untuk menempati satu kursi dan meja sendirian. Dari kelas ke kelas, pertanyaan senada disampaikan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan kepada siswa-siswi, "Apakah senang dengan meja dan kursi dari rotan ini?"

Semuanya senang. Fasilitas belajar-mengajar yang baru terbuat dari rotan juga diberikan untuk para guru. Anyaman rotan dipadukan dengan tripleks, memberi kesan fasilitas belajar-mengajar itu kokoh.

Apabila kita menilik kembali kebijakan pelarangan ekspor rotan sebagai bahan baku, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, terkesan kuat mendorong pencapaian nilai tambah rotan. Namun, faktanya bahwa kebijakan ini rupanya tidak sejalan dengan ketersediaan dan kecepatan pencairan anggaran pemerintah.

Alhasil, Menteri Perindustrian memanfaatkan kekuatan persahabatannya dengan pengusaha bagi pengadaan mebel rotan untuk sekolah-sekolah. Sebuah langkah terobosan mendorong pemanfaatan rotan bagi keburuhan dalam negeri.

Pengusaha sudah digandeng. Sejumlah sekolah dasar di Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi dijadikan sasaran program "sekolah nyaman dengan rotan" ini. Kini saatnya dituntut kontinuitas pemerintah dalam melanjutkan misi mengembangkan rotan ini, dengan menganggarkan di tingkat kementerian lain, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sementara itu, kementerian lain dan BUMN juga dituntut untuk berkomitmen menyiapkan anggaran, guna melengkapi fasilitas perkantorannya dengan mebel rotan. Semua berpulang pada pejabat kementerian serta dinas-dinas di daerahnya.

Dalam mendorong program hilirisasi rotan, sumber daya manusia terampil semestinya juga dipersiapkan pemerintah. Sumber daya manusia terampil penting dikaitkan dengan niat pemerintah menciptakan pola transmigrasi dengan menyiapkan lapangan pekerjaan membuat mebel rotan. Apakah pemerintah sudah menyiapkan tenaga terampil ini?

Bagi petani, tentu sangat menggiurkan nilai tambah rotan yang diungkapkan pejabat. Apakah peningkatan nilai tambah itu juga bakal meningkatkan kesejahteraan petani yang susah payah mencari rotan ke hutan? ( Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/3541/Mebel-Sekolah-Nyaman- )

Tidak ada komentar: