Selasa, 29 Mei 2012

Industri Manufaktur Harus Tumbuh Lampaui 6,13%



JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan, pertumbuhan industri manufaktur nasional pada kuartal II-2012 harus melampaui realisasi kuartal I-2012 yang sekitar 6,13%, agar pertumbuhan manufaktur bisa dianggap aman hingga akhir tahun ini.

"Agar aman sampai akhir tahun, kuartal II ini harus bisa tumbuh melebihi pencapaian kuartal I. Saya berharap dengan kondisi yang ada sekarang, kalau pertumbuhan sepanjang tahun ini bisa menyamai pencapaian tahun lalu 6,83%, itu sudah bagus," kata Hidayat usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (28/5).

Dia menambahkan, target itu didasarkan pertimbangan realistis, mengingat kondisi di Eropa dan pelemahan rupiah saat ini. Secara siklus, pertumbuhan industri manufaktur biasanya berada di posisi terendah pada kuartal I. Pertumbuhan industri ini kembali naik mulai kuartal II, dan mencapai puncak pada kuartal III, untuk kemudian sedikit menurun pada kuartal IV.

Menurut dia, beberapa sektor masih menjadi andalan pertumbuhan, seperti industri besi dan baja, serta makanan dan minuman (mamin). Di sisi lain, Hidayat mengklaim, tiga industri yang tadinya dianggap mengalami gejala deindustrialisasi mulai mengalami peningkatan pertumbuhan kembali, yakni, industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya, serta industri logam dasar besi, dan baja.

Dia menerangkan, ketiga sektor itu telah mengalami tantangan terutama sepanjang tahun 2006-2009, yakni ketika terjadi krisis ekonomi di negara-negara tujuan eksppr utama, seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Eropa. Kondisi itu, diperparah maraknya barang impor dengan harga lebih murah, terutama dari Tiongkok, sehingga menguras pangsa pasar produk industri lokal.

Setelah tahun 2009, kondisi pasar mulai membaik, dan industri-industri di Tanah Air mulai kembali bangkit. "Baja tumbuh lebih cepat. Salah satu yang juga diandalkan adalah industri makanan dan minuman, yakni bisa tumbuh di atas 10%," kata Hidayat.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman memperkirakan, nilai produksi tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tahun 2013 bakal mencapai US$ 25,74 miliar (Rp 238,99 triliun), menyusul peningkatan produksi sekitar 10% dan kenaikan konsumsi. "Hingga akhir 2012, Produksi TPT nasional akan naik sekitar 10%, dari utilisasi saat ini 80% menjadi 90%. Jadi, ketika tahun depan ada peningkatan permintaan, kapasitas industri kita sudah siap," kata Ade.

Ade memaparkan, beberapa industri TPT di dalam negeri sudah mulai menaikkan kapasitas produksi, dengan menambah mesin baru, menambah mata pintal, hingga penggantian mesin menjadi mesin-mesin baru sesuai kebutuhan. Selain itu, investor-investor asing juga akan merealisasikan relokasi pabriknya ke Indonesia mulai tahun ini.

Sementara itu, Sekjen Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani mengkhawatirkan, target omzet produk makanan dan minuman (mamin) tahun 2012 tidak tercapai maksimal. Sebelumnya, Gapmmi memproyeksikan, nilai omzet mamin tahun ini mencapai Rp 710 triliun, naik 9% dibandingkan tahun 2011 yang sekitar Rp 650 triliun.

Franky mengatakan, kondisi saat ini, tidak menunjukkan perkembangan yang mendukung pertumbuhan, terutama karena pasokan gas industri yang tidak sesuai kontrak dan tidak ada kepastian.

Menanggapi hal tersebut, Hidayat berjanji, segera menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi industri nasional. Terkait gas industri, Hidayat mengaku, sudah menegaskan posisi Kementerian Perindustrian agar pasokan lebih diutamakan. Sementara mengenai harga, dia menyerahkan sepenuhnya pada negosiasi business to business.

Kendala lain yang akan diupayakan penyelesaiannya adalah, terkait masih tertahannya ribuan kontainer berisi scrap (besi tua) di pelabuhan. "Saya sudah bicara dengan Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Perdagangan soal ini. Agar segera diselesaikan. Saya sudah bilang, kalau mau tangkap yang salah, silakan. Tapi, jangan digeneralisir. Prinsipnya, mereka bisa mengekspor ke sini pasti sudah diklarifikasi dokumennya oleh surveyor," tegas Hidayat.

Menurut dia, bukti dokumen itu sudah cukup digunakan sebagai acuan. Pasalnya, penahanan ribuan kontainer berisi scrap telah menekan petumbuhan industri besi dan baja, dan sudah terjadi penurunan.
sumber : Investor Daily ( Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/3406/Industri-Manufaktur-Harus-Tumbuh-Lampaui-6,13 )

Tidak ada komentar: