Senin, 23 Juli 2012

Kinerja Industri Mebel Menurun


JAKARTA-Pemerintah diminta segera membantu industri mebel memetakan kembali pasar ekspor guna mencegah penurunan kinerja sektor itu pada tahun ini akibat dampak krisis utang di Eropa.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan (Asmindo) Ambar Tjahyono mengungkapkan pertumbuhan penjualan mebel pada semester I/2012 diprediksi hanya 5%, lebih rendah dari kinerja pada awal tahun yang mencapai 8%.

Menurutnya, Indonesia perlu memperluas pasar melalui kebijakan baru untuk menghilangkan ketergantungan pada pasar Amerika Serikat dan Eropa.

Sekitar 35% ekspor mebel dan produk kerajinan nasional ditujukan ke Eropa, sementara 28% lainnya ke AS.

Padahal, tuturnya, kedua kawasan itu masih menghadapi krisis yang panjang dan parah dibandingkan dengan kondisi pada 2009 dan 2010. Untuk itu, kata Ambar, perlu penguatan ekspor ke pasar baru selain AS dan Eropa.

"Ancaman pasar mebel dan kerajinan Indonesia saat ini cukup berat karena negara tujuan ekspor atau pembeli sudah tidak punya uang," katanya kepada Bisnis, Senin (23/7).

Untuk itu, lanjutnya, Asmindo mengajak pemerintah untuk memetakan pasar China, Taiwan, Korea Selatan, Timur Tengah, dan Australia, yang dinilai masih potensial untuk ekspor meskipun pasar AS diprediksi masih mendominasi.

Penjajakan pasar baru, kata Ambar, perlu didukung pemerintah untuk penyesuaian sejumlah kegiatan, antara lain lokasi pameran dan bentuk kebijakan lain. Untuk meningkatkan volume penjualan, Asmindo juga sedang memetakan potensi pasar domestik.

Selain itu, Ambar meminta pemerintah menyeimbangkan ekspor dari sisi bahan baku.

"Pemerintah jangan hanya fokus untuk komoditas rotan." Pada 2011, produk rotan menguasai sedikitnya 8% dari total ekspor mebel Indonesia.

Mulai Pulih

Ambar mengungkapkan penjualan pada kuartal II/2012 sudah mulai pulih pada Juli. "Sudah mulai banyak importir dari luar negeri yang datang ke Indonesia untuk membeli produk mebel dan kerajinan."

Melihat kondisi tersebut, Asmindo optimistis penjualan pada tahun ini relatif stagnan atau sama dengan pencapaian pada 2010. Industri yang sudah tidak lagi terhambat masalah bahan baku ini menargetkan penjualan furnitur senilai US$1,85 miliar dan produk kerajinan US$800 juta.

Achdiat Atmawinata, Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri Kementerian Perindustrian, mengatakan pemerintah dan pengusaha harus bersinergi untuk perbaikan di sejumlah bidang, termasuk infrastruktur serta sistem logistik dan pembiayaan. Langkah ini diharap mampu menahan penurunan kinerja industri.

"Pengusaha juga diharapkan menggenjot ekspor dengan memberikan tambahan nilai dan membuka pasar baru."  ( Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/3860/Kinerja-Industri-Mebel-Menurun )



Tidak ada komentar: